Jumat, 03 Agustus 2012

Nabi (bahasa Arab: نبي) dalam agama Islam di PCNU Kota Lubuklinggau



Nabi (bahasa Arab: نبي) dalam agama Islam adalah laki-laki yang diberi oleh Allah wahyu dan tidak wajib disampaikan kepada umatnya. Dikatakan bahwa, jumlah nabi ada 124 ribu orang, sebagaimana disebutkan di dalam hadits Muhammad
.

Etimologi

Kata "nabi" berasal dari kata naba yang berarti "dari tempat yang tinggi"; karena itu orang 'yang di tempat tinggi' semestinya punya penglihatan ke tempat yang jauh (prediksi masa depan) yang disebut nubuwwah.

Perbedaan nabi dan rasul

Rasul adalah laki-laki yang diperintahkan Allah untuk menyampaikan wahyu kepada kaumnya pada zamannya. Percaya kepada para nabi dan para rasul merupakan Rukun Iman yang keempat dalam Islam.
Para Nabi boleh menyampaikan wahyu yang diterimanya tetapi tidak punya kewajiban atas umat tertentu atau wilayah tertentu. Sementara, kata "rasul" berasal dari kata risalah  yang berarti penyampaian. 

Karena itu, para rasul, setelah lebih dulu diangkat sebagai nabi, bertugas menyampaikan wahyu dengan kewajiban atas suatu umat atau wilayah tertentu. Dari semua rasul, Muhammad sebagai 'Nabi Penutup' yang mendapat gelar resmi di dalam Al-Qur'an Rasulullah adalah satu-satunya yang kewajibannya meliputi umat dan wilayah seluruh alam semesta 'Rahmatan lil Alamin'.

Nabi dan rasul dalam Al-Qur'an

Al-Qur'an menyebut beberapa orang sebagai nabi. Nabi pertama adalah Adam. Nabi sekaligus rasul terakhir ialah Muhammad yang ditugaskan untuk menyampaikan Islam dan peraturan yang khusus kepada manusia di zamannya sehingga hari kiamat. Isa yang lahir dari perawan Maryam binti Imran juga merupakan seorang nabi.
Selain ke-25 nabi sekaligus rasul, ada juga nabi lainnya seperti dalam kisah Khidir bersama Musa yang tertulis dalam Surah Al-Kahf ayat 66-82. Terdapat juga kisah Uzayr dan Syamuil. Juga nabi-nabi yang tertulis di Hadits dan Al-Qur'an, seperti Yusya' bin Nun, Zulqarnain, Iys, dan Syits.
Sedangkan orang suci yang masih menjadi perdebatan sebagai seorang Nabi atau hanya wali adalah Luqman al-Hakim dalam Surah Luqman.

Kriteria nabi dan rasul

Dikatakan bahwa nabi dan rasul memiliki beberapa kriteria yang harus dipenuhi, di antaranya adalah:
  1. Dipilih dan diangkat oleh Allah.
  2. Mendapat mandat (wahyu) dari Allah.
  3. Bersifat cerdas.
  4. Dari umat Bani Adam (Manusia).
  5. Nabi dan Rasul adalah seorang pria.

Referensi

1.  Dari Abi Zar ra bahwa Rasulullah SAW bersabda ketika ditanya tentang jumlah para nabi, "(Jumlah para nabi itu) adalah seratus dua puluh empat ribu (124.000) nabi." "Lalu berapa jumlah Rasul di antara mereka?" Beliau menjawab, "Tiga ratus dua belas(312)" Hadits riwayat At-Turmuzy.


2. "Kami tiada mengutus rasul rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang-laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui." (Al anbiyya’ 21:7)

3. "Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka..." (An Nisaa' 4:34)

Nabi dalam pemahaman Yahudi

Nabi-nabi Awal

Dalam tradisi Yahudi dan Kristen, nabi adalah pemimpin umat yang dipanggil Allah untuk memperingati mereka agar tidak menyimpang dari perintah-perintah Allah. Umumnya tradisi kenabian dianggap baru dimulai setelah masa Samuel, hakim terakhir yang memimpin Israel sebelum munculnya sistem monarkhi. Namun para teolog sepakat bahwa tradisi kenabian dimulai sejak masa Yosua yang muncul sebagai pengganti Musa dan yang memimpin bangsa Israel memasuki Kanaan. Itu berarti, selain menjadi hakim, Samuel dapat dianggap juga memainkan peranan kenabian. Para pemimpin ini digolongkan sebagai nabi-nabi awal. Dalam kelompok ini termasuk pula nabi-nabi terkenal lainnya seperti Natan, Elia, dan Elisa. Selain itu ada juga "nabi-nabi palsu", khususnya mereka yang bekerja di lingkungan istana dan hanya memberikan nasihat-nasihat dusta yang hanya menyenangkan raja (lih. 1 Raja-raja ps. 18).

Nabi-nabi Yang Kemudian

Yang digolongkan ke dalam nabi-nabi yang kemudian adalah mereka yang biasa disebut nabi-nabi besar dan nabi-nabi kecil.

Sebutan "nabi-nabi besar" dan "nabi-nabi kecil" tidak ada hubungannya dengan peranan, kedudukan, ataupun status nabi-nabi tersebut. Istilah ini diberikan kepada mereka hanya dalam kaitannya dengan kitab-kitab mereka. Kitab "empat nabi-nabi besar", yaitu Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, dan Daniel, umumnya panjang-panjang, dan pasal-pasalnya relatif lebih banyak daripada kitab nabi-nabi kecil. Sementara itu, kedua belas nabi kecil disebut demikian karena kitab-kitab mereka singkat-singkat. Bahkan kitab Nabi Obaja, misalnya, hanya satu pasal saja.

Yang termasuk dalam "dua belas nabi-nabi kecil" adalah Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, dan Maleakhi.

Keenambelas nabi-nabi yang namanya diabadikan menjadi nama kitab tersebut dapat dibagi menjadi lima kurun waktu
  1. Masa mula-mula (c. 845-800 SM): Obaja, Yoel, dan Yunus
  2. Sebelum masa penawanan Israel (c. 760-722 SM): Amos dan Hosea (kepada kerajaan utara), Yesaya dan Mikha (kepada kerajaan selatan)
  3. Sebelum masa penawanan Yehuda (c. 627-586 SM): Zefanya, Nahum, Habakuk, Yeremia
  4. Masa pengasingan (c. 593-536): Yehezkiel, Daniel
  5. Masa pemulihan (c. 536 SM - ): Hagai, Zakharia, Maleakhi

Nabi dalam pemahaman Kristen

Gereja Kristen umumnya mengikuti pemahaman Yahudi mengenai nabi-nabi, dengan sebuah catatan kecil. Tradisi Yahudi tidak menggolongkan kitab Daniel ke dalam kategori Kitab Nabi-nabi (nebiim), melainkan dalam kategori Tulisan atau Sastra (ketubim). Di pihak lain, gereja-gereja Kristen umumnya memasukkan kitab ini ke dalam golongan kitab nabi-nabi.

Sebagian aliran Kristen memahami "nabi" sebagai orang yang meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang jauh ke depan. Kitab Daniel, misalnya, sering ditafsirkan dalam cara ini dan seringkali dihubungkan dengan ramalan-ramalan tentang akhir zaman.

Di kalangan Gereja Kristen perdana, nabi-nabi masih memainkan peranan yang tampaknya cukup penting (1 Korintus 12:28-29, dll), namun di kemudian hari agaknya peranannya semakin berkurang, khususnya ketika gereja semakin ditata.

Nabi dalam pemahaman Islam

Artikel utama: Nabi Islam


Nabi adalah seorang yang diberi wahyu oleh Allah untuk melanjutkan syari'at yang diemban oleh Rasul sebelumnya. Berbeda dengan Rasul yang membawa risalah / syari'at baru.

Al-Qur'an menyebut beberapa orang sebagai nabi. Nabi pertama adalah Adam, sedangkan nabi sekaligus rasul terakhir ialah Nabi Muhammad. Percaya kepada para nabi dan para rasul merupakan salah satu Rukun Iman dalam Islam.

Dalam Islam terdapat banyak nabi, tetapi yang harus diketahui hanya 25 nabi dan 4 di antaranya adalah penerima Kitab Suci:
  • Daud (Zabur),
  • Musa (Taurat),
  • Isa (Injil),
  • Muhammad (Al-Quran).

Muhammad Penutup Para Nabi

Dalam syariat Islam dikatakan bahwa Muhammad adalah sebagai Khataman Nabiyyin atau Penutup Para Nabi. Dalam Al-Qur'an telah dijelaskan pada Surah Al-Ahzab ayat 40 menyatakan:
"Muhammad itu sekali-kali bukanlah Bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui  segala sesuatu."

Referensi

  1. ^ Horton, Stanley M., Panorama of the Bible, Gospel Publishing House

Pranala luar

  • (Indonesia) Chandra Adnan Rasyad, Mengaku Rasul setelah Baca Al-Munafiqun
  • (Indonesia) Polisi Akan Tahan "Nabi" Chandra
  • (Indonesia) Mengaku Rasul, Candra Diamankan Polisi

Rasul dalam ajaran Islam

Rasul (Arab: رسول Rasūl; Plural رسل Rusul) adalah seorang yang mendapat wahyu dari Allah dengan suatu syari'at dan ia diperintahkan untuk menyampaikannya dan mengamalkannya. Setiap rasul pasti seorang nabi, namun tidak setiap nabi itu seorang rasul. Jadi jumlah para nabi itu jauh lebih banyak ketimbang para rasul.
Menurut syariat Islam jumlah rasul ada 312, sesuai dengan hadits yang telah disebutkan oleh Muhammad, yang diriwayatkan oleh At-Turmudzi.
Menurut Al-Qur'an Allah telah mengirimkan banyak nabi kepada umat manusia. Bagaimanapun, seorang rasul memiliki tingkatan lebih tinggi karena menjadi pimpinan ummat, sementara nabi tidak harus menjadi pimpinan. Di antara rasul yang memiliki julukan Ulul Azmi adalah Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad. Mereka dikatakan memiliki tingkatan tertinggi dikalangan rasul. Rasul terbanyak di utus oleh Allah adalah kepada Bani Israel, berawal dari Musa berakhir pada Isa dan diantara keduanya terdapat seribu nabi.

Rasul dalam Al-Qur'an dan Hadits

Dari Al-Quran dan hadits disebutkan beberapa nama nabi sekaligus rasul, di antaranya yaitu:
  1. Idris diutus untuk Bani Qabil di Babul, Iraq dan Memphis.
  2. Nuh diutus untuk Bani Rasib di wilayah Selatan Iraq.
  3. Hud diutus untuk ʿĀd yang tinggal di Al-Ahqaf, Yaman.
  4. Shaleh diutus untuk kaum Tsamūd di Semenanjung Arab.
  5. Ibrahim diutus untuk Bangsa Kaldeā di Kaldaniyyun Ur, Iraq.
  6. Luth diutus untuk negeri Sadūm dan Amūrah di Syam, Palestina.
  7. Isma'il diutus untuk untuk Qabilah Yaman, Mekkah.
  8. Ishaq diutus untuk Kanʻān di wilayah Al-Khalil, Palestina.
  9. Yaqub diutus untuk Kanʻān di Syam.
  10. Yusuf diutus untuk Hyksos dan Kanʻān di Mesir.
  11. Ayyub diutus untuk Bani Israel dan Bangsa Amoria (Aramin) di Horan, Syria.
  12. Syu'aib diutus untuk Kaum Rass, negeri Madyan dan Aykah.
  13. Musa dan Harun diutus untuk Bangsa Mesir Kuno dan Bani Israel di Mesir.
  14. Zulkifli diutus untuk Bangsa Amoria di Damaskus.
  15. Yunus diutus untuk bangsa Assyria di Ninawa, Iraq.
  16. Ilyas diutus untuk Funisia dan Bani Israel, di Ba'labak Syam.
  17. Ilyasa diutus untuk Bani Israel dan kaum Amoria di Panyas, Syam.
  18. Daud diutus untuk Bani Israel di Palestina.
  19. Sulaiman diutus untuk Bani Israel di Palestina.
  20. Zakaria diutus untuk Bani Israil di Palestina.
  21. Yahya diutus untuk Bani Israil di Palestina.
  22. Isa diutus untuk Bani Israil di Palestina.
  23. Muhammad seorang nabi & rasul terakhir yang diutus di Jazirah Arab untuk seluruh umat manusia dan jin.
Sedangkan Adam dan Syits yang diutus sebelumnya hanyalah bertaraf sebagai seorang nabi saja, bukan sebagai rasul karena mereka tidak memiliki umat atau kaum dan tidak memiliki kewajiban untuk menyebarkan risalah yang mereka yakini. Sedangkan Khaḍr seorang nabi yang dianggap misterius, ia tidak diketahui lebih lanjut untuk kaum apa dia diutus.

Perbedaan Nabi dan Rasul

Berikut ini adalah perbedaan Nabi dan Rasul:
  • Jenjang kerasulan lebih tinggi daripada jenjang kenabian.
  • Rasul diutus kepada kaum yang kafir, sedangkan nabi diutus kepada kaum yang telah beriman.
  • Syari’at para rasul berbeda antara satu dengan yang lainnya, atau dengan kata lain bahwa para rasul diutus dengan membawa syari’at baru.
  • Rasul pertama adalah Nuh, sedangkan nabi yang pertama adalah Adam
  • Seluruh rasul yang diutus, Allah selamatkan dari percobaan pembunuhan yang dilancarkan oleh kaumnya. Adapun nabi, ada di antara mereka yang berhasil dibunuh oleh kaumnya.

Kriteria nabi dan rasul

Dikatakan bahwa nabi dan rasul memiliki beberapa kriteria yang harus dipenuhi, di antaranya adalah:
  • Dipilih dan diangkat oleh Allah.
  • Mendapat mandat (wahyu) dari Allah.
  • Bersifat cerdas.
  • Dari umat Bani Adam (Manusia).
  • Nabi dan Rasul adalah seorang pria.

Catatan

  1. Dari Abi Zar ra bahwa Rasulullah SAW bersabda ketika ditanya tentang jumlah para nabi, "(Jumlah para nabi itu) adalah seratus dua puluh empat ribu (124.000) nabi." "Lalu berapa jumlah Rasul di antara mereka?" Beliau menjawab, "Tiga ratus dua belas (312)" Hadits riwayat At-Turmuzy.
  2. “Aku diutus kepada seluruh makhluk.” Ibnu Abdil Barr rahimahullahu berkata: Mereka tdk berbeda pendapat bahwa Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus kepada jin dan manusia sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. (Hadits riwayat Muslim). Ini termasuk keistimewaan beliau dibandingkan para nabi yakni dgn diutus beliau kepada seluruh jin dan manusia.
  3. Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Aku diutus kepada yg merah dan yg hitam.” (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim). Mujahid bin Jabr menafsirkan hadits ini dgn makna jin dan manusia.
  4. Al-Hafizh Ibnu Katsir menyatakan dalam Tafsirnya (3/47), “Tidak ada perbedaan (di kalangan ulama) bahwasanya para rasul lebih utama daripada seluruh nabi dan bahwa ulul ‘azmi merupakan yang paling utama di antara mereka (para rasul)”.
  5. “Kemudian Kami utus (kepada umat-umat itu) rasul-rasul Kami berturut-turut. Tiap-tiap seorang rasul datang kepada umatnya, umat itu mendustakannya”. (QS. Al-Mu`minun : 44)
  6. “Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang”. (QS. Al-Ma`idah : 48)
  7. "Maka orang-orang mendatangi Adam dan berkata: Wahai Adam, tidakkah engkau tahu (bagaimana keadaan manusia). Allah telah menciptakanmu dengan TanganNya, dan Allah (memerintahkan) Malaikat bersujud kepadamu dan Allah mengajarkan kepadamu nama-nama segala sesuatu. Berilah syafaat kami kepada Rabb kami sehingga kami bisa mendapatkan keleluasaan dari tempat kami ini. Adam berkata: aku tidak berhak demikian, kemudian Adam menceritakan kesalahan yang menimpanya. (Adam berkata): akan tetapi datanglah kepada Nuh, karena ia adalah Rasul pertama yang Allah utus kepada penduduk bumi. Maka orang-orang kemudian mendatangi Nuh…."(H.R alBukhari dan Muslim dari Anas bin Malik).
  8. Allah berfirman: “Mengapa kalian dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kalian orang-orang yang beriman?”. (QS. Al-Baqarah : 91)
  9. ^ "Kami tiada mengutus rasul rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang-laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui." (Al anbiyya’ 21:7)
  10. ^ "Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka..." (An Nisaa' 4:34)


Rasul Ulul Azmi

Para Rasul yang memiliki julukan Ulul Azmi adalah:
  • Nuh, AS
  • Ibrahim, AS
  • Musa. AS
  • Isa, AS
  • Muhammad, AS

Kriteria Ulu al-Azmi

Ada beberapa kriteria yang menjadi acuan untuk mendapatkan gelar ini, di antara lain adalah:
  • Memiliki kesabaran yang tinggi ketika berdakwah
  • Senantiasa memohon kepada Allah agar tidak menurunkan azab kepada kaumnya
  • Senantiasa berdoa agar Allah memberi hidayah kepada kaum mereka

Kisah Ulu al-Azmi

Nuh

Kualifikasi Nuh sebagai ulul azmi di antaranya karena kesabarannya dalam berdakwah dan mendapat hinaan dari kaumnya. Nuh tanpa menyerah terus menerus mendakwahi keluarga, kerabat dan masyarakat umum, untuk kembali kejalan yang lurus. Hampir 1000 tahun usianya jumlah umat yang mengikutinya tidak lebih dari 200 orang. Bahkan istri dan anaknya yang bernama Kan’an termasuk penentangnya. Atas kehendak Allah umat Nuh yang membangkang ditenggelamkan dengan gelombang air bah dan semuanya hancur, kecuali Nuh dan pengikutnya yang beriman.

Ibrahim

Sejak masih bayi Ibrahim harus diasingkan ke dalam gua, yang disebabkan oleh perintah Raja Namrudz untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang baru lahir. Setelah dewasa, ia harus berhadapan dengan raja dan masyarakat penyembah berhala termasuk kedua orang tuanya yang pembuat berhala. Bahkan ia harus menerima siksaan yang pedih, yaitu dibakar hidup-hidup dan diusir dari kampung halamannya. Sudah hampir seratus tahun usia dan pernikahannya dengan Sarah, ia belum dikaruniai anak hingga istrinya meminta ia menikahi seorang budak berkulit hitam bernama Hajar untuk dijadikan istri. Akhirnya Hajar dapat melahirkan seorang anak yang diberi nama Ismail. Allah memerintahkan Ibrahim untuk “mengasingkan” istri dan anak yang baru lahir dan sangat dicintainya itu ke tanah gersang di Makkah. Karena kesabaran dan kepatuhannya, perintah itu dilaksanakan. Namun, perintah lebih berat diterima Ibrahim, yaitu harus mengorbankan Ismail yang baru beranjak remaja. Hal ini pun ia laksanakan, meskipun akhirnya yang disembelih adalah seekor domba. selain itu ujian Ibrahim yang lain adalah membangun Ka'bah, membersihkan ka'bah dari kemusyrikan, menghadapi Raja Namrudz yang zalim.

Musa

Musa termasuk orang sabar dalam menghadapi dan mendakwahi Firaun, selain itu, dia juga mampu untuk bersabar dalam memimpin kaumnya yang sangat pembangkang. Ketika Musa akan menerima wahyu di Bukit Sinai, pengikutnya yang dipimpin Samiri menyeleweng dengan menyembah berhala Anak lembu emas. Harun yang ditugasi mengganti peran Musa, tidak sanggup untuk menghalangi niat mereka, bahkan ia diancam hendak dibunuh. Tetapi, Musa pernah tidak dapat bersabar ketika berguru kepada Khidir.

Isa

Banyak hal yang menunjukkan bahwa Isa memiliki kesabaran dan keteguhan dalam menyampaikan ajaran Allah. Terutama, ketika Isa sabar menerima cobaan sebagai seorang yang miskin, pengkhianatan seorang muridnya, Yudas Iskariot, menghadapi fitnah, penolakan, hendak diusir dan dibunuh oleh kaum Bani Israil. Kehidupan Isa menggambarkan kezuhudan dan ketaatan dalam beribadah.

“Isa menemui kaumnya dengan memakai pakaian dari wol. Ia keluar dalam keadaan tidak beralas kaki sambil menangis serta wajahnya tampak pucat karena kelaparan dan bibirnya tampak kering karena kehausan. Isa berkata, “Salam kepada kalian wahai Bani Israil. 
Aku adalah seseorang yang meletakkan dunia di tempatnya sesuai dengan izin Allah, tanpa bermaksud membanggakan diri. Apakah kalian mengetahui di mana rumahku?” Mereka menjawab: "Di mana rumahmu wahai Ruhullah?" Isa menjawab: “Rumahku adalah tempat ibadah, wewangianku adalah air, makananku adalah rasa lapar, pelitaku adalah bulan di waktu malam dan salat ku di waktu musim dingin di saat matahari terletak di Timur, bungaku adalah tanaman-tanaman bumi, pakaianku terbuat dari wol, syiarku adalah takut kepada Tuhan Yang Maha Mulia, teman-temanku adalah orang-orang yang fakir, orang-orang yang sakit, dan orang-orang yang miskin. 
Aku memasuki waktu pagi dan aku tidak mendapati sesuatu pun di rumahku begitu juga aku memasuki waktu sore dan aku tidak menemukan sesuatu pun di rumahku. Aku adalah seseorang yang jiwanya bersih dan tidak tercemar. Maka siapakah yang lebih kaya daripada aku?”

Muhammad

Sejak kecil sampai dewasa, Muhammad selalu mengalami masa-masa sulit. Pada usia 6 tahun dia sudah menjadi yatim piatu. Setelah dewasa ia harus membantu meringankan beban paman Abu Thalib yang merawatnya sejak kecil.
Tantangan terberat yang dihadapi adalah setelah diangkatnya menjadi seorang rasul. Penentangan bukan saja dari orang lain, tetapi juga dari Abu Lahab, pamannya sendiri. Muhammad juga harus ikut menderita tatkala Bani Hasyim diboikot (diasingkan) di sebuah lembah dikarenakan dakwahnya.
Tokoh-tokoh Quraisy mempelopori pemboikotan tersebut yang isinya antara lain melarang berhubungan jual beli, pernikahan, dan hubungan sosial lainya kepada Bani Hasyim. Pemboikotan yang berjalan sekitar 3 tahun itu dan telah menghabiskan hartanya dan istrinya, Siti Khadijah.

Catatan kaki

  1. Kisah diriwayatkan oleh Ibnu ‘Asakir melalui Mu’tamar bin Sulaiman
  2. Persekongkolan Pendeta Yahudi menghadapi Isa


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar